7.
KALIMAT TIDAK LOGIS ATAU TIDAK BERNALAR
Penalaran adalah
suatu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga sampai
pada suatu simpulan. Dengan perkataan lain, penalaran ialah proses mengambil
simpulan dari bahan bukti atau petunjuk ataupun yang dianggap bahan bukti atau
petunjuk.
Kalimat yang
diucapkan atau dituliskan haruslah kalimat yang benar. Artinya, kalimat
tersebut harus dilandasi suatu pemikiran yang jernih, harus ditunjang oleh
bahan bukti atau data yang benar. Sebaliknya, jika kalimat ditulis berawal dari
pemikiran yang kusut atau alasan yang sesat, kalimat yang lahir adalah kalimat
yang salah nalar, yakni kalimat yang disebabkan oleh ketidaktepatan orang
mengikuti tata cara pikirannya. Berikut ini beberapa contoh kalimat yang salah
nalar.
1. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan, maka
selesailah penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.
Kalimat di atas merupakan kalimat yang salah nalar. Tidak mungkin penyusunan
skripsi akan selesai hanya dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan. Makalah
harus dikerjakan dengan tekun, teliti, dan sabar. Penyusun skripsi harus berani
mengatasi segala rintangan dan hambatan yang dihadapinya dalam penyusunan itu.
Jika hal-hal itu dapat dilalui, mudah-mudahan penyusunan skripsi itu
selesai.
Tentu kita percaya betul bahwa Tuhan selalu melimpahkan karunia-Nya kepada
hamba-Nya, termasuk kepada penyusun skripsi. Dengan karunia Tuhan yang
diterimanya, penyusun skripsi dapat bekerja dengan tekun dan sabar, dapat
mengatasi segala hambatan yang dihadapinya. Untuk itulah, ia memanjatkan puji
syukur kepada Tuhan atas keberhasilannya. Berdasarkan uraian di atas, kita
dapat menggunakan kalimat berikut agar penalaran kita tidak sesat. Kalimat di
atas dibetulkan sebagai berikut.
3a. Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan kekuatan kepada penyusun sehingga skripsi dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
3b. Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
2. Waktu dan tenpat kami
persilakan
Hampir dalam setiap upacara yang diselenggarakan oleh berbagai instansi atau
organisasi, pembawa acara mengucapkan kalimat, misalnyaAcara berukutnya
adalah sambutan Gubernur Bali, waktu dan tempat kami persilakan.
Kalimat (1) Waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak logos
karena ide kalimat itu tidak dapat diterima akal sehat. Jalan pikiran pembawa
acara itu kacau karena sebenarnya yang harus dipersilakan adalah Gebernur
Bali. Gubernur Bali yang harus memberikan sambutan, tetapi yang
dipersilakan waktu dan tempat. Betulkah waktu dan tempat dapat memberikan
sambutan? Dalam kalimat sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan
adalah Gubernur Bali, bukan waktu dan bukan juga tempat. Akan tetapi, dalam
kalimat selanjutnya jalan pikiran pembawa cara tergelincir, yakni dengan
mempersilakan waktu dan tempat, seolah-olah yang diundang untuk datang ke
mimbar pertemuan penting itu adalah waktu dan tempat.
Beberapa pilihan agar kalimat pembawa acara itu bernalar adalah sebagai
berikut.
1a. Acara selanjutnya adalah sambutan Gubernur
Bali. Bapak Gubernur, kami persilakan.
1b. Acara selanjutnya ialah sambutan Gubernur Bali.
Bapak Dewa Berata, kami persilakan.
3. Sekarang kita tiba pada acara berikut, yaitu
sambutan dari bapak X. Waktu dan tempat kami persilakan.
Seorang teman sejawat saya hadir dalam sebuah pertemuan karena beliau memang
diminta berbicara pada kesempatan itu. Setelah tiba saatnya, pembawa acara
berkata, “Sekarang kita tiba pada acara berikut, yaitu sambutan dari Bapak X.
Waktu dan tempat kami persilakan” Ketika itu, bapak X itu tetap duduk di
kursinya, tidak juga memperlihatkan sikap akan meninggalkan tempat duduknya.
Pembawa acara mengulang kembali permintaannya, “Bapak X, kami persilakan tampil
”. Barulah teman saya itu meninggalkan tempat duduknya, berjalan ke arah
podium, berdiri di sana, dan sejenak kemudian memulai pembicaraannya.
Kata bapak itu, “ Saya tadi tidak berdiri dan melakukan apa yang diminta oleh
Saudara pembawa acara karena tadi saya dengar bukan saya yang dipersilakan.
Tetapi, yang dipersilakan itu adalah waktu dan tempat. Hadirin tertawa,
Gerrr,,,
Ini bukan sebuah lelucon, tetapi benar-benar terjadi. Nah, Anda melihat bahwa
apa yang dikatakan oleh pembawa acara itu juga diucapkan oleh sebagian
besar orang yang ditugasi menjadi pembawa acara dalam
pertemuan-pertemuan. Mereka tidak lagi berpikir bahwa kalimat itu salah, tidak
logis. Di mana ada waktu dan tempat yang dapat dipersilakan.
3. Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan pada
acara keempat.
Kesalahan kalimat di atas adalah penggunaan kelompok katamempersingkat
waktu. Apakah betul waktu dapat dipersingkat atau disingkat? Waktu
tidak dapat dipersingkat, waktu tidak dapat diringkas karena rentang waktu
sehari semalam sudah pasti, yakni jumlahnya 24 jam; satu jam sama dengan 60
menit; satu menit sama dengan 60 detik. Yang dapat kita lakukan bukanlah
mempersingkat waktu, melainkan menghemat waktu. Misalnya, pertemuan semula
direncanakan berlangsung 1 jam. Akan tetapi, karena cuaca mendung pertanda akan
hujan, acara-acara pertemuan pun dipercepat. Akibatnya, tentu saja waktunya
dihemat sehingga tidak sampai 1 jam, tetapi cukup 45 menit, misalnya. Jadi,
perbaikan kalimat di atas sebagai berikut.
Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini dengan acara keempat.
4. Saudara-saudara hadirin kami persilakan berdiri
karena Bapak Gubernur berkenan meninggalkan pertemuan ini karena tugas yang
menanti beliau di tempat lain.
Contoh lain penggunaan kata yang tidak tepat dan salah
kaprah pula. Dalam sebuah perayaan hari raya tertentu. Bapak gubernur di
wilayah itu diundang untuk memberikan sambutan. Setelah selesai memberikan kata
sambutannya, beliau mohon diri kepada panitia agar dapat meninggalkan perayaan
yang masih berlangsung itu. Gubernur itu meminta izin kepada panitia untuk
meninggalkan perayaan itu. Tetapi, apa yang kita dengar dari pembawa acara
melalui pengeras suara?
“Saudara-saudara hadirin kami persilakan berdiri karena Bapak Gubernur berkenan meninggalkan
pertemuan ini karena tugas yang menanti beliau di tempat lain.”
Penggunaan kata berkenan dalam kalimat pembawa acara itu
benar-benar salah kaprah . Bekenan artinya ‘setuju, mau,
bersedia dengan hati yang tulus tidak berkeberatan’, dalam hal yang baru saja
dibicarakan itu, bapak gubernur yang bersangkutan tidak dimintai
persetujuannya. Beliau sendiri malah yang meminta izin atau pekenan panitia
untuk meninggalkan tempat itu karena tugas lain menanti beliau di tempat lain.
Terlihat ada keinginan pada pembawa acara untuk memperhalus bahasanya tetapi ia
salah dalam memilih kata. Kata berkenan pada kalimat di atas
tidak tepat penggunaannya. Upaya memperhalus bahasa di sini tidak mengena. Kataakan yang
seharusnya dipakai, dan kata ini tidak mengungkapkan
ketidaksopanan.
5. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
perhatiannya.
Sering juga kita melihat orang yang mengakhiri surat
dengan kalamat sebagai berikut, “ Kami mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dan perhatiannya”. Dikatakan perhatiannya. Perhatian
siapa? Kalau yang dimaksud itu ialah orang yang menerima surat, maka
bukan –nya yang seharusnya dipakai, melainkan Bapak,
atau Ibu atau Saudara, atau Anda, dan
sebagainya. Jadi, katakanlah.
Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Ibu.
Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Orang yang disurati ialah Bapak, Ibu, Saudara atau Anda (orang
ke dua) bukan –nya = ia atau dia (orang
ke tiga). Oleh karena itu, dalam konteks itu bukan –nya yang
dipakai.
6. Kita harus memasyarakatkan olah raga dan
mengolahragakan masyarakat.
Kalimat ini diragukan kebenarannya. Sepintas lalu tampaknya bentuk itu tapat
dan sedap didengar karena ada unsur rima yang harmonis,memasyarakatkan olah
raga dan mengolahragakan masyarakat. Untuk menguji benar
atau tidaknya bentuk itu, kita dapat membuat bentuk lain sebagai bandingan.
Misalnya, merumahkan karyawan dan mengaryakan rumah, mengandangkan
mobil dan memobilkan kandang.
Unsur pembentuk memasyarakatkan adalah awalam me- dan
akhiran –kan, secara bertahap dilekatkan pada kata masyarakat; unsurmengolahragakan adalah
awalam me- dan akhiran –kan dilekatkan pada
kata olah raga.
Jika imbauan itu menghendaki agar masyarakat berolahraga, bentuk yang benar memperolahragakan
masyarakat. Cara ini dipilih jika ingin membolakbalikkan dua kata atau
lebih demi mencapai maksud tertentu. Akan tetapi, itu bukanlah satu-satunya
cara yang dapat dipakai karena masih ada pengungkapan yang lain yang lebih
baik. Jikamemperolahragakan masyarakat dianggap kurang sedap
didengar, kita dapat membuat ungkapan lain, seperti mengajak
masyarakat agar senang berolah raga.
Selain kalimat di atas, beberapa kalimat yang salah
kaprah disajikan di bawah ini.
7. Saya memenangkan dia dalam pertandingan itu.
Kata memenangkan dalam
pemakaian bahasa dewasa ini perlu mendapat perhatian kita karena yang menarik
dari penggunaan kata ini ditinjau dari bentuk dan artinya. Mari kita bahas
bentuk itu dengan makna yang dikandung oleh imbuhan yang melekat pada kata itu,
yaitu me-kan.
Contoh:
Saya memenangkan dia dalam pertandingan itu.
Kalimat di atas
mempunyai arti bahwa saya telah membuat dia, menjadikan dia, atau menyebabkan
dia menang dalam pertandingan itu, misalnya, dengan sengaja mengalah karena
tujuan tertentu yang ingin dicapai.
8. Ia lebih suka makan daging ayam daripada kambing.
Kalimat ini mengandung makna , ia senang makan daging ayam dan kambing pun suka
makin daging ayam’ sebab yang dibandingkan adalah subjek kalimat. Kalimat itu
dapat dilengkapkan menjadi Ia lebih senang makan daging ayanm daripada kambing
makan daging ayam. Kita yakin bahwa maksud penyusun kalimat bukanlah seperti
itu, tetapi ia menyenangi daging ayam dan kurang menyenangi daging kambing.
Kalimat trsebut dibetulkan menjadi kalimat di bawah ini.
4a. Ia lebih suka makan daging ayam daripada makan daging
kambing.
9. Ia tidak paham dan mengerti keadaan politik dewasa
ini.
Kesalahan kalimat ini terletak apada kekurangcermatan penyusun kalimat dalam
menggunakan rincian, yakni tidak paham dan mengerti. Tiidak mungkin seseorang
yang tidak paham politik dewasa ini sekaligus ia mengerti politik dewasa ini.
Memang kesalahannya hanyalah pada ketidaksejajaran kata tidak paham dan
mengerti. Akan tetapi, jika ingin berbicara tertib, cermat, dan bernalar, harus
kita lebih berhati-hati dalam mengungkapkan sesuatu. Kita pun tidak mungkin
mengatakan, “Saya tidak senang dan rela pacar diambil orang,” buka? Oleh karena
itu, kalimat di atas dibetulkan menjadi kalimat di bawah ini.
5a. Ia tidak paham dan tidak mengerti keadaan politik
dewasa ini.
10. Dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala P&K
jawa Barat menyempatkan waktu untuk melihat pelaksanaan ebtanas.
Dalam kalimat di atas ada ungkapan menyempatkan waktu. Apa
artinya? Waktu tidak dapat disempatkan. Waktu itu benda mati, bagaimana waktu
disempatkan? Maksudnya diberi kesempatan? Yang mungkin digunakan ialah menyempatkan
diri. Artinya mencari dan mengadakan kesempatan; di sini maksudnya
tentu waktu, untuk diri sendiri. Dapat juga dikatakan menyediakan
waktu. Jadi, kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut.
2a. Dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala P&K
Jawa Barat menyempatkan diri untuk...
2b. Dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala P&K
Jawa Barat menyediakan waktu untuk..
0 Comment to "BAHASA INDONESIA TEKNIK SIPIL : BAB 7"
Posting Komentar