Rabu, 01 Februari 2017

BAHASA INDONESIA TEKNIK SIPIL : BAB 7

7. KALIMAT TIDAK LOGIS ATAU TIDAK BERNALAR
Penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Dengan perkataan lain, penalaran ialah proses mengambil simpulan dari bahan bukti atau petunjuk ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk.
Kalimat yang diucapkan atau dituliskan haruslah kalimat yang benar. Artinya, kalimat tersebut harus dilandasi suatu pemikiran yang jernih, harus ditunjang oleh bahan bukti atau data yang benar. Sebaliknya, jika kalimat ditulis berawal dari pemikiran yang kusut atau alasan yang sesat, kalimat yang lahir adalah kalimat yang salah nalar, yakni kalimat yang disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Berikut ini beberapa contoh kalimat yang salah nalar.

1. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan, maka selesailah penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.
            Kalimat di atas merupakan kalimat yang salah nalar. Tidak mungkin penyusunan skripsi akan selesai hanya dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan. Makalah harus dikerjakan dengan tekun, teliti, dan sabar. Penyusun skripsi harus berani mengatasi segala rintangan dan hambatan yang dihadapinya dalam penyusunan itu. Jika hal-hal itu dapat dilalui, mudah-mudahan  penyusunan skripsi itu selesai.
            Tentu kita percaya betul bahwa Tuhan selalu melimpahkan karunia-Nya kepada hamba-Nya, termasuk kepada penyusun skripsi. Dengan karunia Tuhan yang diterimanya, penyusun skripsi dapat bekerja dengan tekun dan sabar, dapat mengatasi segala hambatan yang dihadapinya. Untuk itulah, ia memanjatkan puji syukur kepada Tuhan atas keberhasilannya. Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menggunakan kalimat berikut agar penalaran kita tidak sesat. Kalimat di atas dibetulkan sebagai berikut.
3a. Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan kepada penyusun sehingga skripsi dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
3b. Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. 
2. Waktu dan tenpat kami persilakan    
            Hampir dalam setiap upacara yang diselenggarakan oleh berbagai instansi atau organisasi, pembawa acara mengucapkan kalimat, misalnyaAcara berukutnya adalah sambutan Gubernur Bali, waktu dan tempat kami persilakan.
            Kalimat (1) Waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak logos karena ide kalimat itu tidak dapat diterima akal sehat. Jalan pikiran pembawa acara itu  kacau karena sebenarnya yang harus dipersilakan adalah Gebernur Bali. Gubernur Bali  yang harus memberikan sambutan, tetapi yang dipersilakan waktu dan tempat. Betulkah waktu dan tempat dapat memberikan sambutan? Dalam kalimat sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan adalah Gubernur Bali, bukan waktu dan bukan juga tempat. Akan tetapi, dalam kalimat selanjutnya jalan pikiran pembawa cara tergelincir, yakni dengan mempersilakan waktu dan tempat, seolah-olah yang diundang untuk datang ke mimbar pertemuan penting itu adalah waktu dan tempat.
            Beberapa pilihan agar kalimat pembawa acara itu bernalar adalah sebagai berikut.
1a.  Acara selanjutnya adalah sambutan Gubernur Bali. Bapak Gubernur, kami persilakan.
1b. Acara selanjutnya ialah sambutan Gubernur Bali. Bapak Dewa Berata, kami persilakan.


3. Sekarang kita tiba pada acara berikut, yaitu sambutan dari bapak X. Waktu dan tempat kami persilakan.
            Seorang teman sejawat saya hadir dalam sebuah pertemuan karena beliau memang diminta berbicara pada kesempatan itu. Setelah tiba saatnya, pembawa acara berkata, “Sekarang kita tiba pada acara berikut, yaitu sambutan dari Bapak X. Waktu dan tempat kami persilakan” Ketika itu, bapak X itu tetap duduk di kursinya, tidak juga memperlihatkan sikap akan meninggalkan tempat duduknya. Pembawa acara mengulang kembali permintaannya, “Bapak X, kami persilakan tampil ”. Barulah teman saya itu  meninggalkan tempat duduknya, berjalan ke arah podium, berdiri di sana, dan sejenak kemudian memulai pembicaraannya.
            Kata bapak itu, “ Saya tadi tidak berdiri dan melakukan apa yang diminta oleh Saudara pembawa acara karena tadi saya dengar bukan saya yang dipersilakan. Tetapi, yang dipersilakan itu adalah waktu dan tempat. Hadirin tertawa, Gerrr,,,
            Ini bukan sebuah lelucon, tetapi benar-benar terjadi. Nah, Anda melihat bahwa apa yang dikatakan oleh pembawa acara itu juga diucapkan oleh sebagian besar  orang yang ditugasi menjadi pembawa acara dalam pertemuan-pertemuan. Mereka tidak lagi berpikir bahwa kalimat itu salah, tidak logis. Di mana ada waktu dan tempat yang dapat dipersilakan.

3. Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan pada acara keempat.
            Kesalahan  kalimat di atas adalah penggunaan kelompok katamempersingkat waktu. Apakah betul waktu dapat dipersingkat atau disingkat? Waktu tidak dapat dipersingkat, waktu tidak dapat diringkas karena rentang waktu sehari semalam sudah pasti, yakni jumlahnya 24 jam; satu jam sama dengan 60 menit; satu menit sama dengan 60 detik. Yang dapat kita lakukan bukanlah mempersingkat waktu, melainkan menghemat waktu. Misalnya, pertemuan semula direncanakan berlangsung 1 jam. Akan tetapi, karena cuaca mendung pertanda akan hujan, acara-acara pertemuan pun dipercepat. Akibatnya, tentu saja waktunya dihemat sehingga tidak sampai 1 jam, tetapi cukup 45 menit, misalnya. Jadi, perbaikan kalimat  di atas sebagai berikut.
            Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini dengan acara keempat.

4. Saudara-saudara hadirin kami persilakan berdiri karena Bapak Gubernur berkenan meninggalkan pertemuan ini karena tugas yang menanti beliau di tempat lain.
Contoh lain penggunaan kata yang tidak tepat dan salah kaprah pula. Dalam sebuah perayaan hari raya tertentu. Bapak gubernur di wilayah itu diundang untuk memberikan sambutan. Setelah selesai memberikan kata sambutannya, beliau mohon diri kepada panitia agar dapat meninggalkan perayaan yang masih berlangsung itu. Gubernur itu meminta izin kepada panitia untuk meninggalkan perayaan itu. Tetapi, apa yang kita dengar dari pembawa acara melalui pengeras suara?
            “Saudara-saudara hadirin kami persilakan berdiri karena Bapak Gubernur berkenan meninggalkan pertemuan ini karena tugas yang menanti beliau di tempat lain.”
            Penggunaan kata berkenan dalam kalimat pembawa acara itu benar-benar salah kaprah . Bekenan artinya ‘setuju, mau, bersedia dengan hati yang tulus tidak berkeberatan’, dalam hal yang baru saja dibicarakan itu, bapak gubernur yang bersangkutan tidak dimintai persetujuannya. Beliau sendiri malah yang meminta izin atau pekenan panitia untuk meninggalkan tempat itu karena tugas lain menanti beliau di tempat lain. Terlihat ada keinginan pada pembawa acara untuk memperhalus bahasanya tetapi ia salah dalam memilih kata. Kata berkenan pada kalimat di atas tidak tepat penggunaannya. Upaya memperhalus bahasa di sini tidak mengena. Kataakan yang seharusnya dipakai, dan kata ini tidak mengungkapkan ketidaksopanan.      

5. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya.
Sering juga kita melihat orang yang mengakhiri surat dengan kalamat sebagai berikut, “ Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan perhatiannya”. Dikatakan perhatiannya.  Perhatian siapa? Kalau yang dimaksud itu ialah orang yang menerima surat, maka bukan –nya yang seharusnya dipakai, melainkan Bapak, atau Ibu atau Saudara, atau Anda, dan sebagainya. Jadi, katakanlah.
            Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak.
            Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Ibu.
            Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
            Orang yang disurati ialah Bapak, Ibu, Saudara atau Anda (orang ke dua) bukan –nya = ia atau dia (orang ke tiga). Oleh karena itu, dalam konteks itu bukan –nya yang dipakai.
           
6. Kita harus memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat.
            Kalimat ini diragukan kebenarannya. Sepintas lalu tampaknya bentuk itu tapat dan sedap didengar karena ada unsur rima yang harmonis,memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat. Untuk menguji benar atau tidaknya bentuk itu, kita dapat membuat bentuk lain sebagai bandingan. Misalnya, merumahkan karyawan dan mengaryakan rumahmengandangkan mobil dan memobilkan kandang.
            Unsur pembentuk memasyarakatkan adalah awalam me- dan akhiran –kan, secara bertahap dilekatkan pada kata masyarakat; unsurmengolahragakan adalah awalam me- dan akhiran –kan dilekatkan pada kata olah raga.
            Jika imbauan itu menghendaki agar masyarakat berolahraga, bentuk yang benar memperolahragakan masyarakat. Cara ini dipilih jika ingin membolakbalikkan dua kata atau lebih demi mencapai maksud tertentu. Akan tetapi, itu bukanlah satu-satunya cara yang dapat dipakai karena masih ada pengungkapan yang lain yang lebih baik. Jikamemperolahragakan masyarakat dianggap kurang sedap didengar, kita dapat  membuat ungkapan lain, seperti mengajak masyarakat agar  senang berolah raga.
Selain kalimat di atas, beberapa kalimat yang salah kaprah disajikan di bawah ini.

7. Saya memenangkan dia dalam pertandingan itu.
                        Kata memenangkan dalam pemakaian bahasa dewasa ini perlu mendapat perhatian kita karena yang menarik dari penggunaan kata ini ditinjau dari bentuk dan artinya. Mari kita bahas bentuk itu dengan makna yang dikandung oleh imbuhan yang melekat pada kata itu, yaitu me-kan.
Contoh:
            Saya memenangkan dia dalam pertandingan itu.
      Kalimat di atas mempunyai arti bahwa saya telah membuat dia, menjadikan dia, atau menyebabkan dia menang dalam pertandingan itu, misalnya, dengan sengaja mengalah karena tujuan tertentu yang ingin dicapai.

8. Ia lebih suka makan daging ayam daripada kambing.
            Kalimat ini mengandung makna , ia senang makan daging ayam dan kambing pun suka makin daging ayam’ sebab yang dibandingkan adalah subjek kalimat. Kalimat itu dapat dilengkapkan menjadi Ia lebih senang makan daging ayanm daripada kambing makan daging ayam. Kita yakin bahwa maksud penyusun kalimat bukanlah seperti itu, tetapi ia menyenangi daging ayam dan kurang menyenangi daging kambing. Kalimat trsebut dibetulkan menjadi kalimat di bawah ini. 
4a. Ia lebih suka makan daging ayam daripada makan daging kambing.

9. Ia tidak paham dan mengerti keadaan politik dewasa ini.
            Kesalahan kalimat ini terletak apada kekurangcermatan penyusun kalimat dalam menggunakan rincian, yakni tidak paham dan mengerti. Tiidak mungkin seseorang yang tidak paham politik dewasa ini sekaligus ia mengerti politik dewasa ini.
            Memang kesalahannya hanyalah pada ketidaksejajaran kata tidak paham dan mengerti. Akan tetapi, jika ingin berbicara tertib, cermat, dan bernalar, harus kita lebih berhati-hati dalam mengungkapkan sesuatu. Kita pun tidak mungkin mengatakan, “Saya tidak senang dan rela pacar diambil orang,” buka? Oleh karena itu, kalimat di atas dibetulkan menjadi kalimat di bawah ini.
5a. Ia tidak paham dan tidak mengerti keadaan politik dewasa ini.

10. Dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala P&K jawa Barat menyempatkan waktu untuk melihat pelaksanaan ebtanas.
            Dalam kalimat di atas ada ungkapan menyempatkan waktu. Apa artinya? Waktu tidak dapat disempatkan. Waktu itu benda mati, bagaimana waktu disempatkan? Maksudnya diberi kesempatan? Yang mungkin digunakan ialah menyempatkan diri. Artinya mencari dan mengadakan kesempatan; di sini maksudnya tentu waktu, untuk diri sendiri. Dapat juga dikatakan menyediakan waktu. Jadi, kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut.
2a. Dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala P&K Jawa Barat menyempatkan diri untuk...

2b. Dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala P&K Jawa Barat menyediakan waktu untuk..                   

Share this

0 Comment to "BAHASA INDONESIA TEKNIK SIPIL : BAB 7"

Posting Komentar