Rabu, 01 Februari 2017

BAHASA INDONESIA TEKNIK SIPIL : BAB 6

6. BENTUK BAKU DAN TIDAK BAKU

1. Manakah pelafalan ABRI yang benar [abri] atau [a-be-er-i]?
            Singkatan dan akronim dalam bahasa Indonesia dilafalkan dengan cara yang berbeda. Singkatan selain dilafalkan huruf demi huruf, juga dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya, seangkan akronim lazimnya dilafalkan sebagaimana kata biasa. Sejalan dengan itu, SMAN, misalnya seperti halnya BRI, BNI, dan DPR tergolong singkatanyang dilafalkan huruf demi huruf . Oleh karena itu singkatan tersebut dilafalkan dengan [es-em-a- en]. [be-er-i], [be-en-i], dan [de-pe-er].
            Berbeda dengan singkatan itu ABRI dapat dilafalkan dengan dua cara berdasarkan dua pertimbangan yang berbeda. Jika dipandang sebagai singkatan, ABRI dilafalkan huruf demi huruf menjadi [a-be-er-i]. Akan tetapi, jika dipandang sebagai akronim, ABRI dilafalkan dengan [abri].
            Dua sudaut pandang itu timbul karena di satu pihak ABRI dapat dipandang sebagai singkatan dan di pihak lain dapat dipandang sebagai akronim. ABRI dapat dipandang sebagai sangkatan karena terbentuk dari gabungan huruf awal suatu kata, seperti halnya BRI,BNI,dan DPR. Di pihak lain, ABRI dapat dipandang sebagai akronim karena dapat dilafalkan sebagai kata biasa, seperti halnya SIM, Akmil, dan tilang. Dengan demikian, perbedaan sudut pandang itu pun pada akhirnya dapat menyebabkan perbedaan dalam pelafalannya.
            Walaupun dapat dilafalkan dengan dua cara , pelafalan yang lazim untuk ABRI ialah [abri]. Sangat jarang pemakai bahasa yang melafalkan dengan [a-be-er-i]. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ABRI lebih cenderung dipandang sebagai akronim. 

2. Bagaimanakh melafalkan singkatan dan akronim asing?
            Singkatan akronim asing pelafalannya diperlakukan agak berbeda dengan singkatan dan akronim bahasa Indonesia. Sebagai singkatan, huruf dari bahasa mana pun dilafalkan menurut namanya dalam abjad bahasa kita. Oleh karena itu, singkatan asing pun dilafalkan seperti halnya bahasa kita.
Misalnya:
            Singkatan                    Lafal baku                   Lafal Tidak baku
            FAO                            [ef-a-o]                        [ef-ey-ow]
            IGGI                            [i-ge-ge-i]                    [ay-ji-ji-ay]
            BBC                            [be-be-ce]                    [bi-bi-si], [be-be-se]
            AC                              [a-ce]                           [ei-si], [a-se]
            WC                              [we-ce]                        [dabiyu-si], [we-se]
TV                               [te-ve]                          [ti-vi]
            TVRI                           [te-ve-er-i]                   [ti-vi-er-i]
            Ketika bahasa Indonesia masih menggunakan ejaan lama, pelafalan [be-be-se], [a-se], dan [we-se] untuk singkatan asing BBC,AC, dan WC dapat dibenarkan sebab pelafalan itu sesuai dengan nama huruf c dalam ejaan lama, yaitu se. Akan tetapi, sejak EYD diresmikan dan nama huruf c mengalami perubahan dalam abjad kita, pelafalan BBC, AC, dan WC pun berubah sesuai dengan nama huruf yang berlaku sekarang. Dengan demikian, pelafalan BBC, AC, dan WC dengan [be-be-se, [a-se], dan [we-se] sekarang dipandang tidak baku. Pelafalannya yang baku ialah [be-be-ce], [a-ce], dan [we-ce] karena disesuaikan dengan nama huruf c, yaitu [ce].
            Dalam hubungan itu, singkatan asing tidak dilafalkan sesuai dengan lafal asingnya karena hal itu dapat menyulitkan para pemakai bahasa kita. Jika singkatan dari bahasa Inggris harus dilafalkan menurut nama huruf dalam bahasa Inggris, misalnya , bagaimana kalau kita dihadapkan pada singkatan dari bahasa asing yang lain, seperti Prancis, Rusia, Jerman, dan Jepang? Berapa banyak masyarakat kita yang mengenal nama huruf di dalam bahasa-bahasa itu? Bagaimana pula melafalkan huruf dalam bahasa-bahasa itu, tentu tidak banyak yang tahu.
            Dengan pertimbangan bahwa orang Indonesia yang paham bahasa Indonesia dengan abjadnya lebih banyak daripada jumlah orang yang mengenal bahasa asing dengan abjadnya, sebaiknya singkatan dari bahasa mana pun, demi kejelasan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat luas, dilafalkan menurut nama huruf yang terdapat dalam abjad bahasa Indonesia. Jadi, singkatan asing yang terdapat dalam bahasa Indonesia tetap dilafalkan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
            Berbeda dengan singkatan, akronim lazimnya dipandang seperti halnya kata biasa. Dalam hal ini, akronim asing pun dipandang identik dengan kata asing. Kalau kata asing dilafalkan mengikuti lafal aslinya, akronim asing pun dilafalkan sesuai dengan lafal akronim itu dalam bahasa aslinya. Dengan demkian, akronim asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia, terutama yang pemakaiannya sudah bersifat internasional, dilafalkan sesuai dengan lafal bahasa aslinya.
Misalnya:
            Akronim                                  Lafal baku                   lafal Tidak Baku
            Unesco                                    [yunesko]                    [unesko]
            Unicef                                                 [yunisyef]                    [unicef]

3. Bagaimana melafalkan huruf c pada kata pasca dan civitas academica?
            Kata pasca dan civitas academica berasal dari bahasa yang berbeda. Kata pasca berasal dari bahasa Sanskerta, sedangkan civitas academica dari bahasa Latin. Oleh karena asalnya berbeda, cara melafalkannya pun tidak sama.
Huruf c pada kata pasca, sesuai dengan bahasa aslnya, dilafalkan dengan [c], dan bukan [k]. Sejalan dengan itu, kata pasca pun dalam bahasa kita dilafalkan dengan [pasca], bukan [paska], misalnya pada pascapanen[pascapanen] dan pascasarjana [pascasarjana]. Di dalam kamus pun tidak ada keterangan yang memberi petunjuk bahwa pasca harus dilafalkan [paska]. Oleh karena itu, pascapanen dan pascasarjana tidak dilafalkan dengan [paskapanen] dan [paskasarjana], tetapi dilafalkan dengan [pascapanen] dan [pascasarjana]. Bandingkan pelafalan pasca denganpanca, yang juga merupakan unsur serapan dari bahasa yang sama, yaitu bahasa Sanskerta. Dalam hal ini panca pun dilafalkan dengan [panca], bukan [panka], misalnya pada kata Pancasila dan pancakrida.
            Huruf c dari bahasa latin, seperti halnya dari bahasa Inggris, tidak dilafalkan dengan [c], tetapi di satu pihak huruf itu dapat dilafalkan dengan [s], dan di pihak lain huruf itu dapat dilafalkan dengan [k]. Huruf c asing, sesuai dengan penyerapannya, dilafalkan dengan [s] jika huruf itu diikuti oleh huruf e, i, dan y.
Misalnya:
            cent                  --------              sen
            central              --------              sentral
            circulation        --------              sirkulasi
            cylinder           -------               silinder
Huruf c asing dilafalkan dengan [k] jika huruf itu diikuti  oleh huruf a, u, o, dan konsonan.
Misalnya:
            corelation         ----------            korelasi
            calculation       ----------            kalkulasi
            cubic                ----------            kubik
            construction     ----------            konstruksi
            classification    ----------            kalsifikasi
            Sejalan dengan keterangan itu, huruf c pada civitas pun dilafalkan dengan [s] karena terletak di muka i, tetapi pada academica, huruf c dilafalkan dengan [k] karena terletak di muka a. Dengan demikian, civitas academica dilafalkan dengan [sivitas akademika], bukan [sivitas academica].

4. Bagaimanakah melafalkan angka tahun 1989 yang benar dan melafalkan angka 0?
            Sampai saat ini pelafalan angka tahun dan angka memang masih cukup bervariasi. Tahun 1989, misalnya, ada yang melafalkannya dengan [satu-sembilan-delapan sembilan] atau angka demi angka, tetapi ada pula yang melafalkannya dengan [sembilan belas delapan- sembilan]. Di samping itu, tidak sedikit juga yang melafalkannya dengan [seribu sembilan ratus delapan puluh sembilan]. Dari berbagai variasi itu, pelafalan yang dipandang resmi adalah pelafalan yang terakhir, yaitu [seribu sembilan ratus delapan puluh sembilan]. Pelafalan itu pulalah yang sebaiknya digunakan, sedangkan dua pelafalan yang lain dipadang tidak baku,
            Angka 0 berarti ‘kosong’atau ‘tidak ada apa-apanya’. Dalam bahasa kita pelafalan angka itu, yang sebaiknya digunakan adalah [nol], bukan [kosong]. Misalnya, nomor telepon 306039 dilafalkan dengan [tiga-nol-enam-nol-tiga-sembilan], bukan [tiga-kosong-enam-kosong-tiga-sembilan].
            Pelafalan angka 0 dengan [kosong] kemungkinan dipengaruhi oleh bahasa Inggris zero , yang dalam bahasa kita memang sering diterjemahkan dengan kosong

5. Manakah pelafalan yang benar [energi], [enerkhi], atau [enerji]?
            Kata energi dalam bahasa Indonesia diserap dari kata asing energy(Inggris). Sesusi dengan nama huruf di dalam abjad bahasa Indonesia, huruf g tetap dilafalkan dengan [g], bukan [kh] atau [j]. Oleh karena itu pelafalan yang baku untuk kata energi adalah [energi], bukan [enerkhi] atau [enerji].
            Pelafalan g dengan [kh] diduga merupakan pengaruh dari lafal bahasa Belanda, sedangkan dengan [j] diduga pengaruh lafal  bahasa Inggris. Dalam berbahasa Indonesia yang baik, pelafalan yang terpengaruh bahasa asing itu patut dihindari karena lafal bahasa Indonesia yang baik adalah lafal yang tidak menampakkan pengaruh dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
Beberapa contoh pelafalan kata yang serupa dapat dilihat di bawah ini.
            Kata                             Lafal Baku                   Lafal Tidak Baku
            biologi                         [biologi]                       [biolokhi], [bioloji]
            teknologi                     [teknologi]                   [teknolokhi], [teknoloji]
            filologi                         [filologi]                      [filolokhi], [filoloji]
            sosiologi                      [sosiologi]                    [sosiolokhi], [sosioloji]
            fonologi                       [fonologi]                    [fonolokhi], [fonoloji]                           
            Seperti tampak pada contoh di atas, lafal yang baku adalah lafal yang sebaiknya digunakan, sedangkan yang tidak baku sebaiknya kita hindari.
           
6. Pusat Pendidikan dan Latihan atau Pusat Pendidikan dan Pelatihan? 
            Jika pendidikan itu diartikan ‘proses mendidik’ dan didikan diartikan’ hasil mendidik’, dengan taat asas ‘ proses melatih’ akan menjadi pelatihan, dan latihan akan diartikan ‘hasil melatih, ‘yang dilatihkan’. Sejalan dengan itu, yang benar adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan, bukan Pusat pendidikan dan Latihan.

7. Bebas parkir atau parkir gratis?
            Kata  free parking berarti ’dibebaskan dari pembayaran parkir, parkir gratis atau parkir cuma-cuma. Kata no parking  berarti ‘dilarang parkir’atau ‘bebas parkir’ atau ‘bebas dari parkir’. Kawasan bebas becak berarti ‘tempat yang bebas dari becak’, bebas banjir ‘bebas dari banjir’, bebas pajak ‘ bebas dari pajak.       
            Tidak tepat jika  free parking dipadankan dengan bebas parkir. Yang benar untuk kata free parking adalah ‘parkir gratis’, ‘parkir tanpa bayar’.

8. Sudah benarkah penulisan (1) mengolahragakan masyarakat, (2) ulang tahun Korpri ke-14, (3) Digahayu HUT RI ke XXX?   
            (1) Untuk mengimbau masyarakat agar gemar berolahraga dipakai orang ungkapan mengolahragakan masyarakat.Ungkapan itu kurang tepat. Imbuhan me-....-kan pada bentuk mengolahragakan masyarakat, menurut kaidah bahasa Indonesia berarti ‘membuat ... jadi ....’ , yakni’ membuat masyarakat menjadi olah raga’. Untuk mengungkapkan arti ‘membuat masyarakat berolah raga’ hendaklah digunakan imbuhan memper- ... –kan. Jadi bentuk yang benar adalah memperolahragakan masyarakat, bukanmengolahragakan masyarakat.
           
            (2) Bentuk Ulang Tahun Korpri ke-14 dianggap kurang cermat karena dapat ditafsirkan bahwa di negara kita sekurang-kurangnya ada 14 macam Korpri. Yang berulang tahun pada saat itu adalah Kopri ke -14. Dalam penyusunan kata yang cermat, sebaiknya ke -14 itu didekatkan pada ulang tahun karena memang yang dirayakan itu adalah ulang tahun ke -14 Korpri. Jadi, penulisan yang benar adalah Ulang Tahun Ke 14 Korpri.
           
            (3) Setiap menjelang peringatan hari kemerdekaan republik Indonesia banyak dijimpai tulisan yang mengungkapkan ucapan “selamat Ulang Tahun Republik Indonesia”. Ungkapan itu dalam pemakaiannya sangat bervariasi. Dari berbagai variasi itu ada beberapa di antaranya yang penulisannya kurang tepat. Hal itu dapat diperlihatkan pada contoh di bawah ini.
(1) DIRGAHAYU HUT RI Ke-64
(2) DIRGAHAYU RI KE-64
            Penulisan dan penyusunan contoh (1) itu dilakukan secara tidak cermat sehingga dapat menimbulkan salah tafsir. Penggunaan kata  dirgahayu pada kalimat di atas jelas tidak tepat karena dirgayu ditempatkan di depan kata hari ulang tahun (HUT). Kata dirgahayu merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta yang berarti’ ‘panjang umur’ atau ‘(mudah-mudahan) berumur panjang’.
            Kalau kalimat di atas dialihkan, maka kalimat itu menjadi:   
            MUDAH-MUDAHAN PANJANG UMUR HUT RI KE-64
            MUDAH-MUDAHAN PANJANG UMUR  RI KE- 64
            Yang didoakan panjang umurnya bukan negara republik Indonesia, melainkan hari ulang tahunnya. Hari ulang tahun itu hanya berumur sehari. Yang diserukan agar panjang umurnya bukan negara Republik Indonesia, melainkan hari ulang tahun yang ke-30. Jelas, penggunaan kata dirgahayu seperti di atas tidak tepat. Kalimat yang dapat digunakan sebagai berikut.          
            DIRGAHAYU RI BER- HUT KE- 64
            Jadi, yang didoakan agar panjang umurnya itu ialah negara Republik Indonesia yang berhari ulang tahun ke 64.
            Ketidak tepatan contoh (2), yaitu dirgahayu RI ke-64, terletakpada penempatan kata bilangan tingkat. Dalam hal ini kata bilangan tingkat yang diletakkan sesudah RI (RI Ke-30) dapat menimbulkan kesan bahwa RI seolah-olah berjumlah 64 atau mungkin lebih. Kesan itu dapat menimbulkan pengertian bahwa yang sedang berulang tahun adalah RI yang ke-64 bukan Ri yang ke-10, ke15, atau yang lain. Padahal kita mengetahui bahwa di dunia ini hanya ada sari RI, yaitu Republik Indonesia yang sedang berulang tahun ke 64. Untuk mrnghindari kemungkinan terjadinya salah tafsir semacam itu, susunan RI ke-64 harus kita ubah. Pengubahan itu dilakukan dengan memindahkan kata bilangan tingkat ke-64 ke posisi sebelum RI dan menggantikan kata dirgahayu dengan sehingga susunannya menjadi HUT ke-64 RI.
            Atas dasar uraian di atas, dapat digunakan kalimat-kalimat sebagai berikut.
            DIRGAHAYU RI
           
HUT KE-64 RI
            DIRGAHAYU KEMERDEKAAN KITA

9. Menyolok atau Mencolok?
            Kata menyolok dan mencolok sama-sama sering digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia. Meskipun demkian, di antara keduanya hanya satu bnebtukanyang sesuai dengan kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia.

            Untuk mengetahui bentukan kata yang benar, kita perlu mengetahui dasar dari bentukan itu. Untuk itu, kita dapat memeriksanya di dalam kamus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,  ternyata hanya  ada kata dasar colok           

Share this

0 Comment to "BAHASA INDONESIA TEKNIK SIPIL : BAB 6"

Posting Komentar