“ SISTEM POLITIK DALAM ISLAM”
KELOMPOK 3
MUH.
FADHIL ASHARI ( 412 15 029 )
BAGUS
SETIAWAN ( 412 15 048 )
1B D4
JASA KONSTRUKSI
PROGRAM STUDI D4 JASA KONSTRUKSI SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebudayaan merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide yang terdapat dalam fikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari –hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Masyarakat di luar bangsa Arab yang menerima Islam, pada umumnya telah hidup
dalam suatu sistem budaya yang telah berkembang melebihi perkembangan sistem
budaya bangsa Arab pada masa turunnya Islam. Dengan demikian Islam menghadapi
unsur-unsur budaya baru yang berbeda dengan unsur-unsur budaya bangsa Arab yang
pernah dihadapinya. Islam adalah agama fitrah yang berdasarkan potensi dasar manusiawi
dengan landasan petunjuk Allah. Pendidikan Islam berarti menumbuhkan dan
mengembangkan potensi fitrah tersebut dan mewujudkannya dalam sistem budaya
manusiawi yang Islami. Adapun budaya manusia yang telah berkembang yang
menyimpang dari potensi dari ditrah manusiawi dan
bertentangan dengan prinsip-prindsip budaya Isalm , Islam menolaknya dan menggantinya dengan budaya baru yang Islami.
Pada masa pertumbuhan kebudayaan Islam terjadi
perselisihan antara prinsip-prinsip budaya Islam dengan budaya manusiawi yang
telah berkembang.perselisihan tersebut terjadi dalam perbedaan-perbedaan
pemikiran dan pandangan yang menimbulkan sikap kebijaksanaan yang berbeda-beda
pula dalam menghadapi masalah-masalah baru. Bentuk konkritnya adalah timbulnya
berbagai aliran dan mazhab dalam aspek budaya Islam.
B.
Rumusan Masalah
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
:
1. Menjelaskan pengertian sistem politik islam.
2. Menjelaskan mazhab (aliran-aliran) politik dalam
islam.
3. Bersikap komprehensif dalam kehidupan kemasyarakatan
dan kebangsaan.
4. Menjelaskan garis-garis besar bahasan sistem politik
islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Politik
Islam
Umat islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik
dalam syariat islam. Pendapat pertama menyatakan bahwa islam adalah agama yang
serba lengkap. Di dalamnya terdapat antara lain ketatanegaraan atau politik.
Dalam bahasa lain, sistem politik atau disebut juga fiqih siasah merupakan
bagian integral dari ajaran islam, lebih jauh kelompok berpendapat bahawa
sistem ketatanegaraan yang harus diteladani adalah sistem yang harus
diteladdani oleh Nabi Muhammad saw. Dan oleh para khulafa al-Rasyidin yaitu sistem
khalifah.
Kedua,kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah
agama dalam pengertian barat. Artinya agama tidak ada hubungannya dengan urusan
kenegaraan. Menurut aliran ini Nabi Muhammad hanyalah seorang Rasul, seperti
rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan risalah tuhan kepada segenap alam.
Nabi tidak bertugasuntuk mendirikan atau memimpin suatu negara.
Aliran ketiga menolak bahwa islam adalah agama yang
serba lengkap yang terdapat didalamnya segala sistem kehidupan termasuk sistem
ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam sebagaimana pendapat
barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran ini
berpendirian bahwa dalam islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi
terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
B.
Prinsip Dasar Politik Islam
Prinsip-prinsip dasar politik islam tercantum dalam QS
Al-Nisa (4) : 58-59 beberapa prinsip pokok tersebut adalah :
1.
Prinsip
menunaikan amanat
Prinsip ini mengandung kewajiban setiap orang yang
beriman agar menunaikan amanat yang menjadi tanggung jawabnya, baik amanat itu
dari Tuhan atau pun amanat dari sesama manusia.
2.
Prinsip keadilan
Prinsip keadilan ini tidak hanya dituntut terhadap
kelompok, golongan tertentu atau umat islam saja, tetapi mencakup seluruh umat
manusia bahkan seluruh mahluk yang ada di alam ini.
3.
Prinsip ketaatan
kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri
Ungkapan ulil amri merupakan frase nominal yang
terdiri dari dua kata: ulu dan al-amr. Ulu bearti pemilik, al-amr bearti
perintah, tuntutan melakukan sesuatu, keadaan atau urusan.
4.
Prinsip merujuk
kepada Allah dan Rasul jika terjadi perselisihan
Prinsip ini menekankan agar perselisihan yang terjadi
di antara manusia diselesaikan dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah.
Adapun secara umum, prinsip politik dalam islam adalah
sebagai berikut:
1.
Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utamaadldah berkenaan dengan pemilihan ketua
negara dan oarang-oarang yang akan menjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran
ummah. Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan
cara pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan
As-Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan
bagi menetukan perkara-perkarabaru yang timbul di dalangan ummah melalui proses
ijtihad.
2.
Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh
sistem sosial dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip
keadilan yang terkandung dalam sistem politikIslam meliputi dan merangkumi
segala jenis perhubungan yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk
keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua pihak yang bersengketa
di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu
bapak dan anak-anaknya.kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim
adalah di antara asas utama dalam sistem sosial Islam,maka menjadi peranan
utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap
keadilan merupakan prinsip nilai-nilai sosial yang utamakerana dengannya dapat
dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
3.
Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang
berterskan kepada makruf dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang
sebenaradalah tujuan terpentingbagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta
menjadi asas-asas utama bagiundang-undang perlembagaan negara Islam.
4.
Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut
hak, persamaan dalam memikultanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang
ditetapkan oleh undang-undangperlembagaan dan persamaan berada di bawah
kuatkuasa undang-undang.
5.
Hak menghisab pihak
pemerintah
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan
terhadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajipan pihak
pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan
urusan dan pentadbiran negara dan ummah. Hak rakyat untuk disyurakan adalah
berarti kewajiban setiap anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran
dan menghapuskan kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahwa
rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan
keputusan-keputusan pihak pemerintah.
C.
Nilai – nilai Dasar
Sistem Politik Dalam Al-Qur’an
Al-qur’an merupakan sumber ajaran utama dan pertama
agama islam mengandung ajaran tentang nilai – nilai dasar yang harus di
aplikasikan dalam pengembangan sistem politik islam. Nilai –nilai dasar
tersebut adalah :
1.
Keharusam mewujudkan
persatuan dan kesatuan umat (Al Mu’min:52).
2.
Keharusan menyelesaikan
masalah ijtihadnya dengan damai (Al Syura:38 dan Ali Imran:159)
3.
Ketetapan menunaikan amanat
dan melaksanakan hukum secara adil (Al Nisa:58)
4.
Kewajiban menaati Allah dan
Rosulullah serta ulil amr (Al Nisa:59)
5.
Kewajiban mendamaikan
konflik dalam masyarakat islam (Al Hujarat:9)
6.
Kewajiban mempertahankan
kedaulatan negara dan larangan agresi (Al Baqarah:190)
7.
Kewajiban mementingkan
perdamain dari pada permusuhan (Al Anfal:61)
8.
Keharusan meningkatkan
kewaspadaan dalam pertahanan dan keamanan (Al Anfal:60)
9.
Keharusan menepati janji (An
Nahl:91)
10. Keharusan mengutamakan perdamaian diantara bangsa-bangsa (Al
Hujarat:13)
11. Keharusan peredaran harta keseluruh masyarakat (Al Hasyr:7)
12. Keharusan mengikuti pelaksanaan hukum
D.
Ruang Lingkup
Pembahasan Siasah
Pada garis besarnya, obyek pembahasan sistem politik
islam meliputi
1. Siasah “dusturiyyah” atau
dalam fikih modern disebut hukum tata negara
2. Siasah “dauliyyah” atau
biasa disebut hukum internasional dalam islam
3. Siasah “maaaliyyah” yaitu
hukum yang mengatur tentang pemasukan, pengelolaan, dan pengeluaran uang milik
negara
Siasah “dusturiyyah” secara
global membahas hubungan pemimpin dengan rakyatnya, yang meliputi :
1.
Persoalan
imamah, hak dan kewajiban
2.
Persoalan
rakyat, status, hak , dan kewajibannya
3.
Persoalan “bai’at”
4.
Persoalan “waliyyul ‘ahdi”
5.
Persoalan
perwakilan
6.
Persoalan “ahl al-halli wa al- ‘aqdi”
7.
“wizarah” dan pembagiannya.
Dalam ajaran islam, siasah dauliyah (hubungan internasional) dalam islam bedasar
pada :
1.
Kesatuan umat
manusia
2.
Keadilan (al-‘adalah)
3.
Persamaan
4.
Kehormatan
manusisa
5.
Toleransi
6.
Kerjasama
kemanusiaan
7.
Kebebasan,
kemerdekaan
a. Kebebasan berfikir
b. Kebebasan beragama
c. Kebebasan menyatakan pendapat
d. Kebebasan menuntut ilmu
e. Kebebasan memiliki harta benda
8.
Perilaku moral
yang baik.
Pembahasan siasah dauliyah dalam islam berorientasi
pada permasalahan berikut :
1.
Damai adalah
asas hubungan internasional. Dengan demikian, perang tidak dilakukan kecuali
dalam keadaan darurat. Sesuai dengan persyaratan darurat, perang hanya
dilakukan sesuai dengan keperluan kolektif. Orang yang tidak ikut berperang
tidak boleh diperlakukan sebagai musuh. Segera hentikan perang apabila salah
satu pihak cenderung kepada damai.
2.
Memperlakukan
tawanan perang secara manusiawi.
3.
Kewajiban suatu
negara terhadap negara lain.
4.
Perjanjian-perjanjian
internasional. Syarat mengikuti perjanjian adalah. 1) yang melakukan perjanjian
memiliki kewenangan ; 2) kerelaan; 3) isi perjanjian dan obyekya tidak dilarang
oleh agama islam; 4) perjajian penting harus ditulis; 5) saing memberi dan
menerima.
5.
Perjanjian ada
yang selamanya (mu’abbad) dan sementara (muaqqat).
6.
Perjanjian
terbuka dan tertutup.
7.
Menaati
perjanjian.
Secara khusus siasah dauliyyah membahas hubungan internasional dalam
kondisi perang yang berkisar pada persoalan berikut :
1.
Sebab-sebab
terjadinya perang
a.
Perang dalam
islam untuk mempertahankan diri.
b.
Perang dalam
rangka dakwah.
2.
Aturan perang
dalam siasah “dauliyyah”
a. Dilarang membunuh anak-anak dan wanita
b. Dilarang membunuh orang yang sudah tua apabila ia
tidak ikut perang.
c. Tidak merusak pepohonan.
d. Tidak merusak binatang ternak.
e. Dilarang menghancurkan rumah ibadah semua agama.
f. Dilarang membunuh para ulama termasuk para tokoh
agama.
g. Bersikap sabar, ikhlas, dan berani dalam melakukan peperangan.
h. Tidak melampui batas.
Yang menjadi pembahasan dalam “siasah maaliyyah” adalah sekitar :
1.
Prinsip-prinsip
kepemilikan harta
2.
Tanggunng jawab
sosial yang kokoh terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan sebaliknya.
3.
Zakat; zakat
hasil bumi, emas perak, ternak dan zakat fitrah.
4.
Harta karun.
5.
“kharaj” (pajak)
6.
Harta
peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris.
7.
“jizyah”
8.
“Ghanimah” dan “fa’i”
9.
Bea cukai barang
import
10. Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Islam sebagai agama yang mencakup persoalan spiritual
dan politik telah memberikan kontribusi yang cukupsignifikan terhadap kehidupan
politik Indonesia. Pertama ditandai dengan munculnya partai-partai yang berasaskan
Islam serta partai nasionalis yang berbasis umat islam. Kedua ditandai dengan
sikap pro aktifnya tokoh-tokoh politik islam dan umat islam terhadap keutuhan
negara, negara kesatuan Republik Indonesia sejak proses kemerdekaan, masa-masa
mempertahankan kemerdekaan, masa pembangunan hingga sekarang masa reformasi.
Islam telah menyumbang banyak pada Indonesia. Islam
membentuk “civic culture” (budaya bernegara), “nasional solidarity”, ideologi jihad, dan kontrol
sosial. Sumbangan besar islam berujung pada keutuhan negara dan terwujudnya
persatuan dan kesatuan.
B.
Saran
Semoga
makalah ini dapat menjadi bahan refrensi untuk para pembaca sekalian tentang
bagaimana islam memandang suatu politik. Semoga dengan ini dapat menambah
pengetahuan kita lebih banyak lagi tentang ajaran islam.
0 Comment to "Sistem Politik Dalam Islam"
Posting Komentar