Karya
Afif Ikram Ashari
Dinginnya pagi ini tak mampu membuat dirinya
terhipnotis akan hangatnya selimut yang terdapat di atas tempat tidur. Walau
bulu roma berdiri, gigi gemetar layaknya mesin motor yang sedang berfungsi,
tapi dia harus tetap semangat. Semangat untuk dapat menafkahi keluarganya.
Walaupun dia hanya bekerja sebagai cleaning
service di sebuah sekolah berasrama yang tidak terlalu jauh dari rumahnya,
tapi ia tidak pernah mengeluh dengan semua itu. Asal keluarganya merasa bahagia
maka semuanya akan terasa sempurna menurutnya.
Pak Ardi memiliki seorang istri yang sangat cantik
dan seorang anak yang sangat ia sayangi, Aurel. Istri Pak Ardi bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Sedangkan Aurel masih menduduki bangku sekolah di sekolah
berasrama tempat Pak Ardi juga bekerja sebagai Cleaning Service.
Pukul 06.00 WITA, Pak Ardi sudah berangkat menuju
tempat kerjanya dengan menggunakan sepeda motor yang sudah agak jelek. Di
perjalanan, motor Pak Ardi tiba-tiba mogok. “Aduh, mogok lagi nih motor” ketus
Pak Ardi. Untungnya tak memakan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Setelah
motornya selesai diperbaiki, dia melanjutkan perjalanannya.
Beberapa menit kemudian, Pak Ardi
pun sampai. Suasana sekolah berasrama tampak bersih dan indah. Tampak anak-anak
sekolah sedang belain pak ardi, jugaergegas menuju kelasnya masing-masing.
Semuanya tampak ceria di pagi itu. beberapa anak sedang asik bercanda sambil
berjalan menuju kelasnya. Ada juga yang membawa begitu banyak buku di
tangannya.
Tanpa basa-basi, pak Ardi melakukan
tugasnya sebagai cleaning service. Dia membersihkan beberapa area di sekolah. Selain
pak Ardi, ada juga beberapa karyawan yang bekerja sebagai cleaning service di
sekolah berasrama. Sehingga, pekerjaan mereka tidak terlalu sulit.
Beberapa jam setelah Pak Ardi dan
kawan-kawan membersihkan sekolah, bel istirahat berbunyi. Anak-anak keluar dari
kelasnya dengan berbondong-bondong. Termasuk juga Aurel yang sedang asyik
bercanda dengan temannya di depan kelas. Lalu, seorang temannya yang bernama
Sinta bertanya, “Rel, itu bapak kamu yah..?”. “Hah? Yang mana?” balas Aurel.
“Itu yang lagi ngepel lantai di sana” kata Sinta sambil menunjuk Pak Ardi.
“Waduh.. kalau teman-teman tahu
kalau CS itu adalah bapak aku nanti yeman-teman ngejek aku”. Kata Aurel dalam
hati. “Rel, loh kok melamun sih? Lagi mikirin apa sih? Tanya Sinta, bingung.
“oh nggak, nggak apa-apa kok! Tadi, kamu nanya apaan?” balas Aurel. “itu bapak
kamu yah?” Tanya Sinta balik. “bukan. Dia bukan bapak aku” jawab Aurel dengan
nada yang agak canggung.
Pak Ardi yang sedang membersihkan
lantai, sempat mendengar pembicaraan anaknya dengan teman-temannya. Dia merasa
sangat sedih dan kecewa. Hatinya seperti tertimpa batu seberat 50 ton saat
anaknya sendiri yang telah ia nafkahi dari kecil hingga sekarang tidak mengakui
dirinya sebagai Bapak. Pak ardi hanya bisa menahan rasa sakit di dalam hati dan
hanya bisa bersabar.
10 menit kemudian, bel berbunyi.
Semua siswa yang berada di luar kelas, masuk kembali ke kelasnya masing-masing
untuk melanjutkan proses belajar mengajar. Namun, Aurel belum masuk kelas.
Nampaknya dia sedang memperhatikan pak Ardi, bapaknya sendiri. Kemudian Aurel
mendatangi bapaknya dan berkata “Pak, Aurel minta tolong yah! Jangan kasih tahu
siapa-siapa kalau saya itu adalah anak bapak”. Pak Ardi yang mendengarkan
anaknya berkata begitu hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu, Aurel pun masuk ke
kelasnya dan pada saat itu pak Ardi tak sadar bahwa Air matanya telah membasahi
pipinya.
Waktu terus berputar. Tanpa terasa
waktu telah menunjukkan pukul 15.00 WITA. Bel pun berbunyi. Semua siswa pulang
dengan wajah yang kusam dan lelah. Dan juga Pak Ardi sudah bersiap-siap untuk
pulang ke rumah. Namun sebelum itu, ia memberikan sesuatu kepada anaknya. Ia
memberikan sebuah kalung yang begitu indah. “ini nak, bapak belikan kalung
untuk kamu. Dipakai yah biar tambah cantik” kata Pak Ardi sambil tersenyum. Aurel
mengambil kalung tersebut. Lalu Pak Ardi berlalu meninggalkan Aurel.
Aurel hanya menatap kalung yang
diberikan oleh bapaknya dan menyimpannya di dalam tas. Tiba-tiba, Perasaan
Aurel tidak enak. Ia merasa cemas. Namun ia tak tahu apa yang dia cemaskan. Ia
pun beranjak dari tempatnya menuju ke asrama.
Saat mengenderai motor, Pak Ardi
tiba-tiba merasa pusing. Namun, ia tetap melaju dengan kecepatan yang cukup
cepat. Tanpa ia sadari, ternyata ada mobil yang melaju berlawanan arah dengan
kecepatan yang sangat cepat. Pak ardi berusaha menghindarinya.
Bruuukkk…
Pak Ardi menabrak pohon besar yang
ada di pinggir jalan dengan begitu keras. Darah mengalir begitu banyak dari
kepalanya. Juga di beberapa bagian tubuhnya. Penglihatannya menjadi gelap. Dia
pun tak sadarkan diri.
Sekitar dua jam berlalu, Pak Ardi
tak kunjung sadarkan diri. Ia masih terbaring lemah di rumah sakit. Tak lama
kemudian istri pak Ardi datang. “bagaiman keadaan suami saya dok?” tanya istri
Pak Ardi. “Alhamdulillah, suami ibu bisa terselamatkan. Tapi, ia masih belum
sadarkan diri dan kondisinya belum cukup stabil” jawab dokter. “boleh saya
lihat suami saya, dok?” tanya istri Pak Ardi, cemas. “Boleh, silahkan” kata
dokter, sopan.
Istri pak Ardi menangis melihat Pak
Ardi yang terbaring lemas di atas tempat tidur. Istri Pak Ardi hanya bisa
menatapi suaminya, Pak Ardi.
“ Aurel… Aurel” panggil Pak Ardi.
Pak ardi yang tak sadarkan diri sedang memikirkan anaknya yang begitu ia
sayangi. Berulang kali Pak Ardi memanggil-manggil anaknya. Keesokan harinya,
Pak Ardi belum sadarkan diri. Setiap malam Pak Ardi memanggil anaknya. Istrinya
merasa khawatir.
Di sekolah, anak Pak Ardi yang
sedang berjalan-jalan mendengar pembicaraan beberapa guru dan juga beberapa
siswa. “Pak, kok Pak Ardi Nggak kelihatan sih?” tanya salah seorang guru. “
Kata Istrinya, Pak Ardi mengalami kecelakaan dan kondisinya belum stabil.
Sampai saat ini belum sadarkan diri. Dan saya dengar-dengar bahwa Pak Ardi
mengigau memanggil seseorang” jawab seorang guru.
Anak Pak Ardi yang mendengarnya
langsung kaget. “Apa? tidak mungkin!” kata Aurel, tak percaya. “Ada apa Aurel?”
tanya seorang temannya. “Kenapa ayah bisa kecelakaan? Aku nggak percaya” kata
Aurel, masih tak percaya. “Ayah? Bukankah Pak Ardi itu bukan ayah kamu? Kok
kamu memanggil dia Ayah?” tanya seorang temannya, heran. “eehh… anu.. pak Ardi
ituuu..” jawab anak Pak Ardi terbata-bata. “hey! Jawab dong! Dia ayah kamu
kan?” tanya temannya, meminta jawaban. “Ia benar. Dia ayah aku” jawab Aurel
sambil menangis. “Astagfirullahalazim… Aurel!! Mengapa selama ini kamu tidak
mengakui bahwa itu ayah kamu? Sungguh durhakanya dirimu” kata seorang temannya
dengan nada yang begitu tegas.
Anak Pak Ardi pun merasa menyesal
dan meminta maaf kepada semuanya. ia juga telah berjanji akan membahagiakan
orang tuanya. Setelah permasalahan itu selesai, Aurel meminta izin untuk
menjenguk Ayahnya, Pak Ardi. Dia pun pergi menjenguk ayahnya bersama beberapa
guru karena kebetulan guru-gurunya juga ingin menjenguk Pak Ardi.
Sesampainya di rumah sakit, mereka
langsung bergegas menuju ke ruang tempat Pak Ardi dirawat. Setibanya di sana,
anak Pak Ardi melihat Pak Ardi sedang duduk menyantapi makanannya. Pak Ardi
sudah sadarkan diri. Ia merasa senang saat melihat anaknya datang menjenguknya.
Anak pak Ardi langsung memeluk pak Ardi. Pak Ardi membalas pelukan anaknya. Pak
Ardi sangat senang dan bahagia saat anaknya meminta maaf dan telah mengakui
kesalahannya. Tak sadar, pak Ardi mengeluarkan air mata. Bukan air mata
kesesdihan yang mengalir di pipinya. Tapi, air mata kebahagiaan yang ia
keluarkan.
0 Comment to "CERPEN 2020 : Benarkah ?"
Posting Komentar