Senin, 30 Januari 2017

CERPEN 2020 : Benarkah ?


Benarkah ?
Karya Afif Ikram Ashari

Dinginnya pagi ini tak mampu membuat dirinya terhipnotis akan hangatnya selimut yang terdapat di atas tempat tidur. Walau bulu roma berdiri, gigi gemetar layaknya mesin motor yang sedang berfungsi, tapi dia harus tetap semangat. Semangat untuk dapat menafkahi keluarganya. Walaupun dia hanya bekerja sebagai cleaning service di sebuah sekolah berasrama yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, tapi ia tidak pernah mengeluh dengan semua itu. Asal keluarganya merasa bahagia maka semuanya akan terasa sempurna menurutnya.
Pak Ardi memiliki seorang istri yang sangat cantik dan seorang anak yang sangat ia sayangi, Aurel. Istri Pak Ardi bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan Aurel masih menduduki bangku sekolah di sekolah berasrama tempat Pak Ardi juga bekerja sebagai Cleaning Service.
Pukul 06.00 WITA, Pak Ardi sudah berangkat menuju tempat kerjanya dengan menggunakan sepeda motor yang sudah agak jelek. Di perjalanan, motor Pak Ardi tiba-tiba mogok. “Aduh, mogok lagi nih motor” ketus Pak Ardi. Untungnya tak memakan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Setelah motornya selesai diperbaiki, dia melanjutkan perjalanannya.
            Beberapa menit kemudian, Pak Ardi pun sampai. Suasana sekolah berasrama tampak bersih dan indah. Tampak anak-anak sekolah sedang belain pak ardi, jugaergegas menuju kelasnya masing-masing. Semuanya tampak ceria di pagi itu. beberapa anak sedang asik bercanda sambil berjalan menuju kelasnya. Ada juga yang membawa begitu banyak buku di tangannya.
            Tanpa basa-basi, pak Ardi melakukan tugasnya sebagai cleaning service. Dia membersihkan beberapa area di sekolah. Selain pak Ardi, ada juga beberapa karyawan yang bekerja sebagai cleaning service di sekolah berasrama. Sehingga, pekerjaan mereka tidak terlalu sulit.
            Beberapa jam setelah Pak Ardi dan kawan-kawan membersihkan sekolah, bel istirahat berbunyi. Anak-anak keluar dari kelasnya dengan berbondong-bondong. Termasuk juga Aurel yang sedang asyik bercanda dengan temannya di depan kelas. Lalu, seorang temannya yang bernama Sinta bertanya, “Rel, itu bapak kamu yah..?”. “Hah? Yang mana?” balas Aurel. “Itu yang lagi ngepel lantai di sana” kata Sinta sambil menunjuk Pak Ardi.
            “Waduh.. kalau teman-teman tahu kalau CS itu adalah bapak aku nanti yeman-teman ngejek aku”. Kata Aurel dalam hati. “Rel, loh kok melamun sih? Lagi mikirin apa sih? Tanya Sinta, bingung. “oh nggak, nggak apa-apa kok! Tadi, kamu nanya apaan?” balas Aurel. “itu bapak kamu yah?” Tanya Sinta balik. “bukan. Dia bukan bapak aku” jawab Aurel dengan nada yang agak canggung.
            Pak Ardi yang sedang membersihkan lantai, sempat mendengar pembicaraan anaknya dengan teman-temannya. Dia merasa sangat sedih dan kecewa. Hatinya seperti tertimpa batu seberat 50 ton saat anaknya sendiri yang telah ia nafkahi dari kecil hingga sekarang tidak mengakui dirinya sebagai Bapak. Pak ardi hanya bisa menahan rasa sakit di dalam hati dan hanya bisa bersabar.
            10 menit kemudian, bel berbunyi. Semua siswa yang berada di luar kelas, masuk kembali ke kelasnya masing-masing untuk melanjutkan proses belajar mengajar. Namun, Aurel belum masuk kelas. Nampaknya dia sedang memperhatikan pak Ardi, bapaknya sendiri. Kemudian Aurel mendatangi bapaknya dan berkata “Pak, Aurel minta tolong yah! Jangan kasih tahu siapa-siapa kalau saya itu adalah anak bapak”. Pak Ardi yang mendengarkan anaknya berkata begitu hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu, Aurel pun masuk ke kelasnya dan pada saat itu pak Ardi tak sadar bahwa Air matanya telah membasahi pipinya.
            Waktu terus berputar. Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 15.00 WITA. Bel pun berbunyi. Semua siswa pulang dengan wajah yang kusam dan lelah. Dan juga Pak Ardi sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Namun sebelum itu, ia memberikan sesuatu kepada anaknya. Ia memberikan sebuah kalung yang begitu indah. “ini nak, bapak belikan kalung untuk kamu. Dipakai yah biar tambah cantik” kata Pak Ardi sambil tersenyum. Aurel mengambil kalung tersebut. Lalu Pak Ardi berlalu meninggalkan Aurel.
            Aurel hanya menatap kalung yang diberikan oleh bapaknya dan menyimpannya di dalam tas. Tiba-tiba, Perasaan Aurel tidak enak. Ia merasa cemas. Namun ia tak tahu apa yang dia cemaskan. Ia pun beranjak dari tempatnya menuju ke asrama.
            Saat mengenderai motor, Pak Ardi tiba-tiba merasa pusing. Namun, ia tetap melaju dengan kecepatan yang cukup cepat. Tanpa ia sadari, ternyata ada mobil yang melaju berlawanan arah dengan kecepatan yang sangat cepat. Pak ardi berusaha menghindarinya.
            Bruuukkk…
            Pak Ardi menabrak pohon besar yang ada di pinggir jalan dengan begitu keras. Darah mengalir begitu banyak dari kepalanya. Juga di beberapa bagian tubuhnya. Penglihatannya menjadi gelap. Dia pun tak sadarkan diri.
            Sekitar dua jam berlalu, Pak Ardi tak kunjung sadarkan diri. Ia masih terbaring lemah di rumah sakit. Tak lama kemudian istri pak Ardi datang. “bagaiman keadaan suami saya dok?” tanya istri Pak Ardi. “Alhamdulillah, suami ibu bisa terselamatkan. Tapi, ia masih belum sadarkan diri dan kondisinya belum cukup stabil” jawab dokter. “boleh saya lihat suami saya, dok?” tanya istri Pak Ardi, cemas. “Boleh, silahkan” kata dokter, sopan.
            Istri pak Ardi menangis melihat Pak Ardi yang terbaring lemas di atas tempat tidur. Istri Pak Ardi hanya bisa menatapi suaminya, Pak Ardi.
            “ Aurel… Aurel” panggil Pak Ardi. Pak ardi yang tak sadarkan diri sedang memikirkan anaknya yang begitu ia sayangi. Berulang kali Pak Ardi memanggil-manggil anaknya. Keesokan harinya, Pak Ardi belum sadarkan diri. Setiap malam Pak Ardi memanggil anaknya. Istrinya merasa khawatir.
            Di sekolah, anak Pak Ardi yang sedang berjalan-jalan mendengar pembicaraan beberapa guru dan juga beberapa siswa. “Pak, kok Pak Ardi Nggak kelihatan sih?” tanya salah seorang guru. “ Kata Istrinya, Pak Ardi mengalami kecelakaan dan kondisinya belum stabil. Sampai saat ini belum sadarkan diri. Dan saya dengar-dengar bahwa Pak Ardi mengigau memanggil seseorang” jawab seorang guru.
            Anak Pak Ardi yang mendengarnya langsung kaget. “Apa? tidak mungkin!” kata Aurel, tak percaya. “Ada apa Aurel?” tanya seorang temannya. “Kenapa ayah bisa kecelakaan? Aku nggak percaya” kata Aurel, masih tak percaya. “Ayah? Bukankah Pak Ardi itu bukan ayah kamu? Kok kamu memanggil dia Ayah?” tanya seorang temannya, heran. “eehh… anu.. pak Ardi ituuu..” jawab anak Pak Ardi terbata-bata. “hey! Jawab dong! Dia ayah kamu kan?” tanya temannya, meminta jawaban. “Ia benar. Dia ayah aku” jawab Aurel sambil menangis. “Astagfirullahalazim… Aurel!! Mengapa selama ini kamu tidak mengakui bahwa itu ayah kamu? Sungguh durhakanya dirimu” kata seorang temannya dengan nada yang begitu tegas.
            Anak Pak Ardi pun merasa menyesal dan meminta maaf kepada semuanya. ia juga telah berjanji akan membahagiakan orang tuanya. Setelah permasalahan itu selesai, Aurel meminta izin untuk menjenguk Ayahnya, Pak Ardi. Dia pun pergi menjenguk ayahnya bersama beberapa guru karena kebetulan guru-gurunya juga ingin menjenguk Pak Ardi.

            Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung bergegas menuju ke ruang tempat Pak Ardi dirawat. Setibanya di sana, anak Pak Ardi melihat Pak Ardi sedang duduk menyantapi makanannya. Pak Ardi sudah sadarkan diri. Ia merasa senang saat melihat anaknya datang menjenguknya. Anak pak Ardi langsung memeluk pak Ardi. Pak Ardi membalas pelukan anaknya. Pak Ardi sangat senang dan bahagia saat anaknya meminta maaf dan telah mengakui kesalahannya. Tak sadar, pak Ardi mengeluarkan air mata. Bukan air mata kesesdihan yang mengalir di pipinya. Tapi, air mata kebahagiaan yang ia keluarkan.

Share this

0 Comment to "CERPEN 2020 : Benarkah ?"

Posting Komentar