PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kaca merupakan
benda yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Kaca banyak sekali di
gunakan dalam sifat-fatnya yang khas, yaitu transparan, tahan terhadap serangan
kimia, efektif sebagai isolator listrik, dan mampu menahan vacum. Tetapi kaca
adalah bahan yang rapuh dan secara khas mempunyai kekuatan kompresi lebih
tinggi dari kekuatan tariknya. Salah satu rujukan yang paling tua mengenai
bahan ini di buat oleh plini, yang menceritakan bagaimana pedagang-pedagang
Phonesia purba menemukan kaca tatkala memasak makanan. Periuk yang digunakan
secara tidak sengaja diletakan di atas massa trona di suatu pantai, penyatuan
yang terjadi antara pasir dan alkali menarik perhatian dan orang kemudian
berusaha menirunya.
Sejak tahun 6000
atau 5000 sebelum Masehi, orang Mesir telah membuat permata tiruan dari kaca
dengan ketrampilan yang halus dan keindahan yang mengesankan. Kaca jendela
sudah mulai disebut-sebut sejak tahun 290. Ibnu Firnas dikenal sebagai ilmuwan
pertama yang memproduksi kaca dari pasir dan batu-batuan. Pada abad ke-8 M, ahli kimia itu secara
mengejutkan telah menjelaskan tak kurang dari 58 resep orisinil untuk
memproduksi gelas atau kaca berwarna. Rumus pembuatan kaca berwarna itu
dituliskannya dalam dua kitab yang dituliskannya selama hidup. Dalam Kitab
al-Durra al-Maknuna atau The Book of the Hidden Pearl dan 12 resep atau rumus
pembuatan kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu Hayyan dalam Kitab
Al-Marrakishi.
Silinder kaca
jendela tiup ditemukan oleh para pendeta pada abad ke-12. Dalam abad tengah,
Venesia memegang monopoli sebagai pusat industi kaca. Di Jerman dan inggris,
kaca baru mulai dibuat pada abad ke-16. Secara keseluruhan sebelum tahun 1900,
industri ini merupakan seni yang dilengkapi oleh rumus-rumus rahasia yang
dijaga ketat.
Pada tahun 1914,
di Belgia di kembangkan proses fourcault yang menarik kaca plat secara
kontinyu. Selama 50 tahun berikutnya,
para insinyur dan ilmuwan telah berhasil berbagai modifikasi terhadap proses
penarikan kaca dengan tujuan untuk memperkecil distorsi optik kaca lembaran
(kaca jendela) dan menurunkan biaya pembuatan kaca lembaran gosok dan poles.
Dari segi fisika
kaca adalah zat cair yang sangat dingin dan tidak mempunyai titik cair tertentu
serta mempunyai viskositas cukup tinggi sehingga tidak megalami kristalisasi.
Hal ini terjadi karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling
berjauhan dan pendinginan (cooling) terjadi sangat cepat, sehingga
partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri secara teratur.
Sedangkan dari
segi kimia, kaca adalah gabungan berbagai oksida anorganik yang tak mudah
menguap, yang dihasilkan dari dekomposisisi dan peleburan senyawa alkali dan
alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya sehingga menghasilkan
produk yang mengahasilkan struktur atom yang acak. Kaca adalah pruduk yang
mengalami vitrifikasi sempurna, atau setidak-tidaknya produk yang mengandung
amat sedikit bahan nonvitreo dalam keadaan suspensi.
Kaca atau gelas
merupakan materi bening dan transparan (tembus pandang) yang biasanya di
hasilkan dari campuran silikon atau bahan silikon dioksida (SiO2), yang secara
kimia sama dengan kuarsa. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan
keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh
keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
defenisi dari kaca?
2.
Bagaimanakah
proses pembuatan kaca?
3.
Bagaimanakah
penggunaan kaca dalam kehidupan sehari-hari?
4.
Apakah
manfaat dan kerugian dari penggunaan kaca pada konstruksi bangunan?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui defenisi dari kaca
2.
Untuk
mengetahui cara atau proses pembuatan kaca
3.
Untuk
mengetahui penggunaan kaca dalam kehidupan sehari-hari
4.
Untuk
mengetahui manfaat maupun kerugian dari penggunaan kaca pada konstruksi
bangunan
D.
Manfaat
1.
Dapat
mengetahui defenisi dari kaca
2.
Dapat
mengetahui proses pembuatan kaca
3.
Dapat
mengetaui penggunaan kaca pada kehidupan sehari-hari
4.
Dapat
mengetahui manfaat maupun kerugian dari penggunaan kaca pada konstruki
bangunan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Menurut Adams dan Williamson, kaca
adalah material amorf yang pada suhu biasa mempunyai bentuk yang keras, tetapi
apabila dipanaskan, lama kelamaan akan menjadi lunak, sesuai dengan suhu yang
meningkat dan akhirnya menjadi kental hingga mencapai keadaan cair. Selama
proses pendinginan terjadi proses yang berkebalikan dengan proses peleburan
kaca. Kaca atau gelas merupakan bahan pecah belah, biasanya terbentuk apabila
bahan cair tidak berkristal didinginkan dengan cepat, dengan itu tidak
memberikan cukup waktu untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk. Kaca atau
gelas termasuk kelompok vitroida atau termogel, yang merupakan senyawa kimia
dengan susunan yang kompleks.
Senyawa tersebut diperoleh dengan
membekukan lelehan yang lewat dingin. Kaca atau gelas ialah produk yang amorf
dan bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh.
Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila
dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut
demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan
seperti dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses
pendinginan (cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika
tidak “sempat” menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca atau adalah
gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang
dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah,
pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Walupun terdapat ribuan macam formulasi
kaca yang di kembangkan dalam 30 tahun terakhir namum perlu di catat bahwa
pasir kaca, gamping, silika, dan soda masih merupakan bahan baku dari 90 persen
dari seluruh kaca yang di produksi di dunia. Kaca dibuat dari campuran 75%
silikon dioksida (SiO2), Na2O, CaO, dan beberapa zat tambahan. Suhu lelehnya
adalah 2.000 derajat Celsius. Bahan-bahan pembuat kaca di antaranya adalah:
1.
Pasir
(SiO2)
Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa
yang hampir murni (99.1 – 99.7 %).
Silikon (IV) oksida ialah molekul kovalen raksasa. Oleh karena itu, silicon
(IV) oksida memerlukan banyak tenaga haba untuk mengatasi setiap ikatan kovalen
antara atom dalam struktur raksasa. Maka, silicon (IV) oksida mempunyai titik
lebur yang sangat tinggi, yaitu 1710oC. Dalam silicon (IV) oksida, setiap atom
silikon diikat secara kovalen kepada 4 atom oksigen dalam bentuk tetrahedron
dengan sudut antara ikatan 109.5 . Unit itu diulangi secara tidak terhingga
dengan setiap atom oksigen terikat kepada 2 atom silikon untuk membentuk
molekul kovalen raksasa seperti struktur berlian.
Sifat pasir ini adalah dapat tembus
cahaya, sehingga lebih banyak digunakan untuk pembuatan alat-alat optik. Oleh
karena itu lokasi pabrik kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir
kaca, kandungan besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah
belah atau 0,015 % untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merusak
warna kaca pada umumnya. Ukuran partikel silika sand sangat berpengaruh pada
temperatur di furnace. Jika ukuran partikel besar makamembutuhkan banyak waktu
untuk melebur silika sand maka sebelumdiolah silika sand harus diayak sehingga
didapat butiran partikel yang lebih halus.
Pasir ini berguna untuk membentuk cairan
gelas yang sangat kental yang memiliki ketahanan terhadap perubahan temperatur
yang mendadak. Pasir kuarsa ini terdapat di beberapa tempat di Indonesia, di
antaranya: Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, pulau Bangka dan Belitung, pulau
Jawa, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua.
2.
Dolomite
( CaO.MgO.H2O)
Dolomite merupakan variasi batu gamping
yang mengandung <50% karbonat. Dolomite mempunyai struktur kristal
rhombohedral yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau manganodolomit
dan berkomposisi MgFe(CaCO3)2 atau ferrodolomit.
Dolomite ini biasanya berupa mineral
tambang berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan. kekerasan 3,5 – 4,
berifat pejal, berat jenis 2,8 – 2,9, berbutir halus-kasar, mudah menyerap air,
mudah dihancurkan. Penggunaan dolomite sangat penting karena dapat mempermudah
peleburan (menurunkan temperatur peleburan) serta mempercepat proses
pendinginan kaca. Pemanasan dolomite menghasilkan CaO dan MgO. Fungsi dari MgO adalah
untuk menurunkan viskositas kaca pada temperatur tinggi.
3.
Soda
Abu (Na2CO3) dan Soda (Na2O)
Soda ash (Na2CO3) digunakan karena kita
memerlukan kaca yang bebas dari ion chlor dan sejenis (golongan halogen)
sedangkan sumber natriumnya mayoritas berasal dari garam NaCl. Soda ash dipakai
dalam kaca akanmembentuk oksida Na2O dan K2O dimana total Na2O dan K2O disebut
R2O. Soda ash merupakan material yang memiliki sifat garam. Soda mengandung
sodium atau natrium, yang merupakan golongan alkali, yang memiliki 1 ion +.
Soda merupakan pereaksi kuat, sangat kuat bereaksi dengan ion lain. Sifat soda
akan melembekkan material atau softening. Secara umum, penggunaan soda ash
adalah mempercepat pembakaran, menurunkan titik lebur, mempermudah pembersihan
gelembung dan mengoksidasi besi.
4.
Cullet
Cullet merupakan sisa-sisa dari pecahan
kaca yang dapat digunakan sebagai bahan baku utama dari produksi kaca. Tujuan
dari penggunaan cullet ini adalah mengurangi bahan utama lainnya sehingga biaya
produksi dapat semakin kecil, selain itu cullet ini dapat memperkecil melting
point dari pembuatan kaca, sehingga dapat
menghemat penggunaan bahan bakar. Cullet yang diumpankan sebanyak 25%
dari total bahan baku.
5.
Feldspar
Feldspar mempunyai rumus umum R2O.
Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau campuran keduanya.
Feldspar ditemukan pada batuan beku, batuan erupsi dan metamorfosa, baik
bersifat asam maupun basa. Feldspar mempunyai nilai kekesaran 6 – 6,5 skala
Mosh, berat jenis 2,4 – 2,8, warna dari putih keabu-abuan, merah jambu, coklat,
kuning dan hijau.
Sebagai sumber Al2O3, feldspar mempunyai
banyak keunggulan dibanding produk lain, karena murah, murni, dan dapat
dilebur. Dan seluruhnya terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al2O3 sendiri
digunakan hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga merupakan
sumber Na2O atau K2O dan SiO2. Kandungan aluminanya dapat menurunkan melting
point kaca dan memperlambat terjadinya devitrifikasi. Mutu feldspar ditentukan
oleh kandungan oksida kimia K2O dan Na2O yang relatif tinggi diatas 6%, oksida
Fe2O3 dan TiO2. Feldspar mengandung 72 % SiO2, 12 %Al2O3, 8 % K 2O dan 2 %
Fe2O3.
6.
Borax
Borax adalah bahan campuran yang
menambahkan Na2O dan boron oksida kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam
kaca jendela atau kaca lembaran, boraks sekarang banyak digunakan didalam
berbagai jenis kaca pengemas. Ada pula kaca borat berindeks tinggi yang
mempunyai nilai dispersi lebih rendah dan indeks refraksi lebih tinggi dari
semua kaca yang telah dikenal. Kaca ini banyak digunakan sebagai kaca optik.
Disamping daya fluksnya yang kuat, boraks tidak saja bersifat menurunkan
koefisien ekspansi tetapi juga menungkatkan ketahanannya terhadap aksi kimia.
Asam borat digunakan dalam tumpak yang memerlukan hanya sedikit alkali.
Selain bahan utama, terdapat pula bahan
penunjang lainnya, yaitu bahan stabilizer, refining agent (penghilang
gelembung), penghilang warna, pewarna, dan opacifiers. Bahan stabilizer
merupakan bahan yang mampu menurunkan kelarutan di dalam air, tahan terhadap
serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi lain yang terdapat di
atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di industri gelas adalah:
1.
Kalsium
Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak larut di dalam air.
2.
Barium
Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
3.
Timbal
Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan memiliki indeks bias
yang tinggi.
4.
Seng
Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak, memperbaiki
sifat-sifat fisik dan mekanik, dan meningkatkan indeks bias.
5.
Aluminium
oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus
kimia Al2O3 dan nama mineralnya adalah alumina. Disini alumunium oksida
berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas, kekuatan fisik dan ketahanan
terhadp bahan kimia.
6.
Salt
cake yang mengandung 99% Na2SO4 berfungsi sebagai fining agent, bahan pemurni
kaca dari bubble. Salt cake berbentuk serbuk halus danmerupakan sumber Na2O dan
SO2. Sulfat ini harus dipakai bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfite.
7.
Arsen
trioksida dapat pula ditambahkan untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam
kaca.
8.
Nitrat,
baik dari natrium maupun kalium digunakan untuk mengoksidasi besi sehingga
tidak terlalu kelihatan pada kaca produk. Kalium nitrat atau karbonat digunakan
pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, dan kaca optik. Sodium Nitrate
adalah sumber Na2 dan mencegah terbentuknya NiS padakaca. Adanya NiS pada kaca
akan menyebabkan kaca pecah secara tiba-tiba.
9.
Blok
refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus berhubung dengan kondisi
yang hebat yang harus dialami dalam penggunaannya. Zirkon, alumina, mulit
(mullite), mulit aluminasinter dan zirkonia alumina-silika, alumina,
krom-alumina elektrokast banyak digunakan sebagai refraktor pada tangki kaca.
10. Mangan dioksida (MnO2), logam Selenium
(Se), atau nikel oksida (NiO) merupakan bahan penghilang warna (decolorant)
yang dapat menghilangkan warna karena kehadiran senyawa besi oksida yang masuk
bersama bahan baku.
11. Bahan pewarna dalam kaca / gelas adalah
oksida dari unsur transisi, terutama golongan pertama Tc, V, Ca, Mn, Fe, Co,
Ni, dan Cu. Warnanya dihasilkan dari absorbsi cahaya frekuensi tertentu. Contoh
NiO akan memberikan warna coklat pada larutan natrium-timb,al, dan menghasilkan
heliotrope dalam kaca potas. Krom oksida akan memberikan warna yang berkisar
dari hijau sampai jingga.
B. Proses
Pembuatan Kaca
Adapun proses pembuatan kaca secara
umum, antara lain:
1.
Dapatkan pasir silika
dengan jumlah yang cukup
Juga
disebut pasir kuarsa, pasir silika adalah bahan utama dalam pembuatan kaca.
Kaca tanpa kotoran besi dicari untuk potongan kaca bening, seperti besi akan
menyebabkan kaca muncul kehijauan ketika hadir.
Jika
tidak mungkin untuk menemukan pasir cukup bebas dari kotoran besi, efek tinting
mereka dapat diatasi dengan menambahkan sejumlah kecil mangan dioksida.
2.
Tambahkan natrium
karbonat dan kalsium oksida ke pasir
Natrium
karbonat, atau soda, menurunkan suhu yang diperlukan untuk membuat kaca
komersial. Namun, memungkinkan air untuk melewati kaca, sehingga kalsium
oksida, atau jeruk nipis, ditambahkan untuk meniadakan properti ini. Oksida
magnesium dan / atau aluminium juga dapat ditambahkan untuk membuat kaca lebih
tahan lama. Umumnya, aditif ini mengambil tidak lebih dari 26 sampai 30 persen
dari campuran kaca.
3.
Tambahkan bahan kimia
lainnya untuk memperbaiki kaca untuk tujuan yang akan digunakan.
Penambahan
paling umum untuk kaca dekoratif memimpin oksida, yang memberikan kilauan dalam
kristal gelas, serta kelembutan untuk membuatnya lebih mudah untuk memotong dan
juga menurunkan titik leleh. Lensa kacamata mungkin berisi oksida lantanum
karena sifat bias, sedangkan zat besi membantu kaca menyerap panas.
Memimpin
kristal dapat berisi hingga 33 persen timah oksida, namun lebih oksida timah,
semakin banyak keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kaca cair, begitu
banyak memimpin pembuat kristal memilih kadar timbal kurang.
4.
Menambahkan
bahan kimia untuk menghasilkan warna yang diinginkan di dalam gelas, jika ada.
Seperti
disebutkan di atas, kotoran besi dalam pasir kuarsa membuat kaca dibuat dengan
tampak kehijauan, sehingga besi oksida ditambahkan untuk meningkatkan warna
kehijauan, seperti tembaga oksida. Senyawa sulfur menghasilkan kekuningan,
kuning, kecoklatan atau warna bahkan kehitaman, tergantung pada berapa banyak
karbon atau besi juga ditambahkan ke campuran.
5.
Tempatkan
adonan ke dalam wadah tahan panas yang baik atau pemegang.
6.
Cairkan
campuran menjadi cairan
Untuk
gelas silika komersial, hal ini dilakukan dalam tungku berbahan bakar gas,
sedangkan kacamata khusus dapat dibuat menggunakan melter listrik, tungku pot
atau kiln.
Pasir
kuarsa tanpa aditif menjadi kaca pada suhu 2.300 derajat Celsius (4.172 derajat
Fahrenheit). Menambahkan natrium karbonat (soda) mengurangi suhu yang
diperlukan untuk membuat kaca sampai 1.500 derajat Celsius (2.732 derajat
Fahrenheit).
7.
Menyeragamkan
dan menghilangkan gelembung dari gelas cair.
Ini
berarti mengaduk campuran dengan ketebalan konsisten dan menambahkan bahan
kimia seperti natrium sulfat, natrium klorida atau antimon oksida.
8.
Membentuk
kaca cair
Membentuk
kaca dapat dilakukan dalam salah satu dari beberapa cara:
Kaca
cair dapat dituangkan ke dalam cetakan dan biarkan dingin. Metode ini digunakan
oleh orang Mesir, dan juga berapa banyak lensa yang dibuat hari ini.
Sejumlah
besar dari kaca cair dapat berkumpul di ujung tabung berongga, yang kemudian
ditiupkan ke dalam sementara tabung dihidupkan. Gelas dibentuk oleh udara yang
masuk ke tabung, gravitasi menarik pada kaca cair dan alat apapun glassblower
menggunakan untuk bekerja gelas cair.
Kaca
cair dapat dituangkan ke dalam bak timah cair untuk dukungan dan mengecam
dengan nitrogen bertekanan untuk membentuk dan memolesnya. Kaca dibuat dengan
metode ini disebut kaca mengapung, dan itu adalah bagaimana panel kaca telah
dilakukan sejak 1950-an.
9.
Biarkan
kaca dingin.
10. Menstirilkan kaca untuk memperkuat itu.
Proses
ini disebut annealing, dan menghapus semua titik stres yang mungkin telah
terbentuk di kaca selama pendinginan. Setelah proses ini selesai, kaca kemudian
dapat dilapisi, dilaminasi atau diperlakukan untuk meningkatkan kekuatan dan
daya tahan.
Sebuah
proses terkait tempering, dimana kaca dibentuk dan dipoles ditempatkan dalam oven
dipanaskan sampai setidaknya 600 derajat Celsius (1.112 derajat Fahrenheit) dan
kemudian cepat-cooled ("dipadamkan") dengan ledakan udara pada
tekanan tinggi. Kaca pecah menjadi pecahan anil pada 6.000 pound per square
inch (psi), sedangkan istirahat kaca tempered menjadi potongan-potongan kecil
di tidak kurang dari 10.000 psi dan biasanya sekitar 24.000 psi.
C. Penggunaan
Kaca dalam Kehidupan Sehari-hari
Kaca dalam kehidupan sehari-hari
tentulah banyak kita jumpai di sekitar kita. Kaca termasuk dari salah satu
produk industri kimia yaitu gabungan dari berbagai oksida anorganik dan
memiliki sifat tidak mudah menguap.
Pada umumnya, kaca digunakan pada
jendela rumah karena sifatnya tembus pandang, sehingga kita dapat memperhatikan
pemandangan luar rumah dari dalam rumah. Selain itu, peralatan-peralatan rumah
tangga juga banyak terbuat dari kaca seperti gelas, piring, dan meja makan.
Bentuk kaca bermacam-macam, ada yang
berbentuk seperti lempeng kaca. Fungsi lempeng kaca sangat bervariasi dan dalam
kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai sebagai peralatan penunjang.
a.
Lempeng
kaca yang pipih dan tipis bentuknya dapat digunakan dan dibentuk sebagai
peralatan yang digunakan dalam laboratorium.
b.
Lempeng
kaca dapat dibentuk menjadi cermin.
c.
Bentuk
lempeng kaca yang tembus pandang juga digunakan untuk kaca jendela dan kaca
pintu.
D. Keuntungan
dan Kerugian dari Penggunaan Kaca Pada Konstruki Bangunan
Adapun keuntungan penggunaan kaca pada
konstruksi bangunan, antara lain:
1.
Sangat
baik ketahanan abrasi
2. Tahan terhadap bahan kimia, pelarut,
minyak, gemuk
3. Tidak ada masalah degradasi UV
4. Stabil pada rentang suhu yang lebar
5. Mudah dibersihkan
6. Lama hidup produk.
7. Penggunaan kaca dalam pekerjaan
konstruksi untuk menambah keindahan bangunan.
8. Penggunaannya memenuhi pandangan arsitektur
untuk dekorasi eksternal.
9. Dengan menggunakan gelas kaca di
pedalaman, menghemat ruang di dalam gedung.
10. Kaca cladding di gedung memenuhi
kebutuhan fungsional pencahayaan, retensi panas dan hemat energi.
11. Penggunaannya muncul rasa keterbukaan
dan harmonis.
12. Sebagai kaca dikeraskan tersedia,
seseorang dapat memiliki desain interior yang baik dengan penggunaan kaca di
tangga transparan, rak berwarna, langit-langit dll
13. Kaca merupakan bahan yang sangat baik
untuk isolasi termal, pemeriksaan air dan konservasi energi.
14. Kaca merupakan konduktor panas yang
buruk; menghemat energi di AC bangunan.
15. Untuk membuat partisi kaca di lantai
atas, tidak ada desain ekstra diperlukan untuk slab seperti kaca ini ringan.
Sedangkan kekurangan dari penggunaan
kaca pada konstruksi bangunan, antara lain:
1.
Sebagai kaca adalah bahan yang sangat mahal, mungkin meningkatkan biaya
dianggarkan dari pekerjaan konstruksi.
2.
Penggunaannya di daerah perbukitan dan padang pasir dapat menyebabkan biaya
perawatan lebih.
3. Kaca juga tidak aman untuk
daerah gempa.
4.
Penggunaan kaca juga meningkatkan biaya keamanan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kaca atau gelas ialah produk yang amorf
dan bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh. Kaca
atau gelas apabila dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat
dingin. Proses pembuatan kaca adalah pencampuran bahan baku, peleburan kaca
(melting), pembentukan kaca (drawing), pemotongan kaca, dan pengepakkan kaca.
B.
Saran
Dengan adanya perusahaan pembuatan kaca
dan semakin majunya alat yang di cipatakan para insinyur maka sudah pasti akan
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para penganggur yang ada di sekeliling
perusahaan tersebut, dan juga dapat bermanfaat
bagi orang-orang sipil atau para arsitek dalam mengembangkan suatu ide dalam
perancangan bangunan. Dan dapat pula berguna bagi perusahaan otomotif karena
kaca sekarang tidak hanya sebagi kaca hiasan tetapi juga sebagai kaca
pelindung.
Namun, dengan makin besarnya perusahaan
kaca ini maka akan sangat menganggu lingkungan karena proses pembuatan kaca ini
pasti mempunyai limbah yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia
dan juga hewan yang ada di sekitarnya. Sudah tentu semua ekosistem kana berubah
baik dari struktur tanah ataupun air, tetapi ini tidak langsung terjadi sangat
cepat tetapi secara berlahan-lahan. Oleh karena itu, industri kaca ini juga
harus memperhatikan lingkungan sekitar dengan meminimalisir dampak negatif dari
limbah yang dihasilkan.
0 Comment to "Makalah Teknologi Bahan Konstruksi : Kaca"
Posting Komentar